Hadits Tentang Persaudaraan

1. Hadits persaudaraan dalam islam

a.       Persaudaraan bagaikan satu badan

عن النعمان بن بشير يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ترى المؤمنين فى تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده با لسهر والحمى

      An-Nu’man bin Basyir ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Engkau  akan melihat kaum mukminin dalam kasih saying, kecintaan, dan lemah lembut mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, menjalarlah kepada anggota yang lain sehingga tidak dapat tidur dan badannya terasa panas” (Diriwayatkan al-Bukhari)

      Tidak dapat disangkal bahwa ikatan yang mempersatukan manusia berbeda dalam bentuk dan rupa. Manusia dikelompokkan sesuai dengan suku, bangsa, negara, dan kebangsaannya. Ikatan kekeluargaan atau berasal dari nenek moyang yang sama dipandang sebagai salah satu ikatan yang membentuk basis masyarakat manusia paling awal. Islam menempatkan ikatan keimanan sebagai dasar yang paling utama untuk mengikat manusia bersama-sama secara harmonis meskipun islam mengizinkan ikatan lainnya seperti, kekeluargaan sepanjang mereka tidak bertentangan dengan prinsip keimanan.

      Masyarakat dibangun dalam pondasi kasih sayang dan sikap tolong menolong. Kasih sayang, perasaan saling mengasihi, dan saling membutuhkan membentuk dasar-dasar hubungan antar masyarakat islam, baik mereka itu generasi tua ataupun generasi muda, golongan kaya atau golongan miskin, Penguasa dan rakyat.

      Masyarakat islam ibarat satu tubuh. Hal tersebut terlihat jelas dan hubungan antara golongan Muhajirin dan Anshor. Golongan Muhajirin berhijrah dari  makkah ke madinah tidak bisa bekerja disebabkan ekonomi wilayah madinah adalah pertanian. Muhajirin tidak mempunyai keterampilan dalam bertani karena masyarakat makkah adalah pedagang. Kaum Anshor  memberikan harta, rumah, dan segala sesuatu yang dibutuhkan penduduk makkah dari golongan Muhajirin tersebut.

b.      Persaudaraan memperpanjang usia dan rezeki

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من أحب ان يبسط له فى رزقه وينسأ له فى أثره فليصل رحمه.

“Barang siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

      Allah SWT akan memanjangkan umur kita sebab silaturrahmi. Kita rajin menjalin dan membina hubungan baik dengan sesama, maka kita akan dicintai dan disenangi orang. Silaturrahmi juga bisa dipahami bahwa Allah SWT memberi keberkahan pada seseorang. Rezeki bisa mudah kita cari selagi kita punya hubungan baik dengan sesama. Karena suka berbuat baik terhadap orang lain, maka mereka pun akan berbuat baik kepada kita. Inilah yang yang seterusnya akan berkembang menjadi trust, kepercayaan, amanah.

      Yang dimaksud dengan hadits diatas adalah bukanlah hitungan dari umur kita yang diperpanjangkan, akan tetapi yang dimaksud adalah hikmah dan manfaat dari silaturrahmi tersebut. Karena, dengan kita memperbanyak silaturrahmi, tentu akan banyak manfaat yang akan datang, seperti:

*Diluaskan rezekinya

*Dikenang kebaikannya

*Dipanjangkan umurnya

*Khusnul Khotimah

*Kecintaan dalam keluarga

*Kunci masuk surga

      Silaturrahmi pun sangat bermanfaat baik dalam urusan duniawi maupun dengan urusan ukhrowi.

c.       Persaudaraan sesama muslim

عن ابن عمررضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المسلم أخو المسلم لايضلمه ولا يخذله ولايسلمه.

      “Diriwayatkan dari ibn Umar, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan mendzalimi dan meremehkan, dan jangan pula menyakitinya.” (H.R. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

      Seorang muslim tidak meninggalkan muslim lainnya ketika ia disakiti. Bahkan harus melindunginya, menghibur dan membantunya jangan sampai menghina dan mengejeknya. Seharusnya ia berbuat baik kepada mereka tanpa membedakan mana yang shaleh dan yang jahat. Kewajiban seorang muslim untuk menyenangkan orang lain dan memenuhi keperluan mereka, ini adalah amal yang besar nilai moralnya.

      Itulah salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam berhubungan antar kaum mukminin. Sifat egois dan hanya mementingkan diri sendiri sangat ditentang dalam islam. Sebaliknya umat islam memerintah umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat dari pada persaudaraan sedarah.

      Hal ini yang menjadi pangkal kekuatan kaum muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasarkan atas “take and give” tetapi berdasarkan Illahi.